Jumat, 06 Juli 2012

TUMBUHAN PAKU

LAPORAN PENGAMATAN
JENIS SPESIES TUMBUHAN PAKU
DI CUBAN RAIS MALANG
Dosen Pengampu :
  1. Drs. Sulisetijono, M.Si
  2. Ainun Nikmatin Laily, M.Si
Di susun Oleh Kelompok 3 :
  1. Rohana Imawati     (10620013)
  2. Kholifah                  (10620022)
  3. Nurul Mawaddah    (10620023)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Jenis tumbuhan di Indonesia ini sangat beragam dengan jumlah spesies yang  sangat besar. salah satunya adalah tumbuhan paku (pteridophyta). tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai Tumbuha Tingkat Rendah atau dapat pula digolongkan menjadi Tumbuhan Tingkat Tinggi, tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar.
Tumbuhan paku umumnya hidup di tanah yang lembab, ada juga yang epifit. Allah telah berfirman dalam Al-Quran yakni:Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”(QS.Al-qaaf; 7). hal tersebut menunjukkan bahwa Allah yelah menciptaka berbagai macam tumbuhan yang akan bermanfaat bagi makhluk hidup. oleh karena itu sebagai Mahasiswa yang sainstis serta ulul albab kita melaksanakan observasi di Cuban Rais untuk mengetahui spesies tumbuhan paku yang ada didalamnya.

1.2          Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam observasi ini adalah:
  1. Spesies paku apa saja yang terdapat di Cuban Rais?
  2. Bagaimana klasifikasi spesies tumbuhan paku tersebut?
  3. Bagaimana habitat, serta deskripsi spesies paku tersebut?

1.3          Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini adalah:
  1. untuk mengetahui jenis spesies paku yang ada di Cuban Rais.
  2. untuk mengetahui klasifikasi spesies tumbuahn paku yang ditemukan.
  3. untuk mengetahui habitat serta deskripsi dari masing-masing spesies yang ditemukan.








BAB II
METODE PENELITIAN
2.1          Waktu dan Tempat
Observasi tentang jenis spesies tumbuhan paku dilaksanakan pada hari Minggu. 18 Maret 2012, Pukul 07.00 WIB dan bertempat di Wana Wisata Cuban Rais KBM-WBU Malang.

Cuban Rais sendiri adalah bumi perkemahan. Jarak tempuh dari Bumi Perkemahan ke Air Terjun sekitar 1,5 sampai 2 jam. akses jalan kesana cukup kecil, jalanan berbatu bahkan beberapa kali harus menyeberang sungai-sungai kecil berbatu. Di sebelah terdapat jurang menganga sedalam mungkin sekitar 50-75 meteran. Jadi harus ekstra hati-hati. Sepanjang perjalanan terdapat pohon-pohon yang cukup rimbun, dan juga banyak ditemukan tumbuhan paku. Terkadang kita harus menyingkirkan pohon perdu yang merintangi jalan. Jalanan naik terus tapi tidak terlalu terjal.
  • obyek ini bisa dibilang belum banyak yang mengakses. suhu disana sangat dingin. sekitar 26 derajat Celsius.  tanah disana juga lembab. kawasan Cuban Rais ini termasuk berada diikawasan dataran tinggi, dan dikelilingi oleh banyak bukit.



2.2         Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah menggunakan metode jelajah, yakni kita menelusuri jalan setapak di kawasan Cuban Rais sambil mengamati tumbuhan paku  di sekitar  kawasan, setelah itu spesies paku yang ditemukan difoto dan ditulis cirri-ciri morfologi serta  habitatnya. setelah sampai dirumah baru kita bandingkan dengan literature serta browshing.

2.3         Alat
Alat yang digunakan adalah Kamera dan alat tulis




BAB III
PEMBAHASAN
Spesies tumbuhan paku yang ditemukan di Kawasan Cuban Rais ada 3, spesies tersebutsebagai berikut :
  1. 1.    Nephrolepis sp.

  1. a.    Klasifikasi
    Kingdom Plantae (tumuhan)
    Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh)
    Divisio pteridophyta (tumuhan paku)
    Kelas pteridopsida
    Subkelas polypoditae
    Ordo polypodiales
    Familia dryopteridaceae
    Genus Nephrolepis
    Spesies Nephrolepis sp.
  2. b.    Habitat
    Nephrolepis pada umumnya hidup ditanah tapi ada juga yang hidup secara epifit. Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik.
  3. c.    Daun
    Daun pada spesies ini terdapat percabangan pada tulang daun. Ujung dari urat daunnya yang menjari tidak sampai menyentuh tepi daun dan bebas, pada ujung urat daun perdapat sporangium yang tertata dengan rapi disepanjang tepi daun.
    Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil. Pada spesiens ini daunnya ternasuk mikrofol. Ujungnya seringkali bebas, ada yang tidak mencapai tepi, sampai atau sangat dekat dengan tepi atau bahkan sampai diluar tepi daun seperti pada Hymenophyllaceae. Tumbuhan ini memiliki permukaan daun yang halus dan besisik. Ukuran pada umumnya panjang mencapai 2cm dengan lebar 1cm. Bentuk daun menjorong dan ujungnya terbelah, sedangkan pada tepi daunnya bergerigi.selain itu spesies ini juga mempunyai ental yang bertumpuk di atas permukaan, yaitu adanya daun muda yang mengulung. Pada umumnya neprhrolepis memiliki daun berwarna hijau sebagai organ fotosintesis, serta memiliki hidatoda pada sisi atas daun. Daun-daun ini dibagi menjadi 3 tipe ;
    1.Tropofil, daun yang menghasilkan gula untuk fotosintesis.
    2.Sporofil, daun yang menghasilkan spora untuk perkembangbiakan.
    3. Bropofil, daun yang menghasilkan lebih banyak spora, lebih besar dari daun-daun yang lain.
  4. d.    Batang
    Batang Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang sangat halus pada batangnya.
  5. e.    Akar
    Umumnya tumbuhan ini memiliki akar yang serabut, begitu juga pada spesies Nephrolepis sp. memiliki akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.
  6. f.     Sporangium
    Umumnya susunan letak sporangium, (spora dihasilkan didalam kotak spora) paku
ada beberapa macam yaitu:
  1. Sorus : sporangium dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (indusium).
  2. Strobilus : sporangia, membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya.
  3. Sporokarpium : sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelium).
    Pada spesies ini sori atau sorus terletak di permukaan daun, lebih tepatnya pada ujung urat daun dan tertata dengan rapi di tepi daun sehingga mengelilingi daun tersebut.
Dari gambar diatas dapat kita liat tumbuhan Nephrolepis sp. dan gambar dari daun yang telah diamati dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat dengan jelas adanya urat-urat daun yang pada ujungnya terdapat bulatan-bulatan putih kecil yang bulatan tersebut adalah sporangium. Sporangium tersebut tertata rapi di sekitar tepi daun.
  1. g.    Reproduksi Nephrolepis
Nephrolepis memilki fase gametofit yang hidupnya bebas. Beberapa ciri reproduksi Nephrolepis:
  1. Fase sporofit (diploid) yang menghasilkan spora haploid melalui pembelahan miosis.
  2. Spora tersebut tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit, untuk fotosistesis protalus.
  3. Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.
  4. Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri pada protalus.
  5. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit (tumbuhan Nephrolepis).
  6. h.    Siklus hidup
Daur hidup tumbuhan paku terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
  1. i.      Manfaat
    Selain sebagai tanaman hias, Nephrolepis ini memiliki manfaat yang istimewa khususnya pada Nephrolepis Exaltata, pelitian Badan Antariksa AS (NASA) menyebutkan tanaman ini sebagai penyerap paling efektif, terutama formaldehid, xylene, trichlloroethylen, dan karbon monoksida. NASA bahkan merekomendasi tanaman ini diletakkan dalam ruangan, karena mampu menyerap formaldehid dari tembok maupun furniture. Selain mudah dikembangkan, mudah perawatannya, tanaman ini pun relative murah harganya. Selain itu dari segi ekonomi, Nephrolepis memilki manfaat :
1. Sebagai bahan pembuatan obat cacing.
2. Dapat mengobati kanker perut.
3. Digunakan sebagai bahan bangunan di derah-daerah tropis.
4. Sebagai sayur-sayuran.
  1. 2.    Adiantum vevustum
  1. a.    Klasifikasi ilmiah
    Kingdom Plantae (Tumbuhan)
    Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
    Divisi Pteridophyta (paku-pakuan)
    Kelas Filicopsida
    Sub Kelas Polypoditae
    Ordo Polypodiales
    Famili Pteridaceae
    Genus Adiantum
    Spesies Adiantum  vevustum.

  1. b.    Deskripsi
Suplir adalah sebutan awam bagi segolongan tumbuhan yang termasuk dalam genus Adiantum, famili Adiantaceae. Sebagai tumbuhan paku-pakuan, suplir tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya. Perbanyakan generatif suplir dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa(Deisy :2010).
adiantum venustum bagian tanaman yang umum digunakan dalam perawatan obat. Ada anekdot yang luas informasi tentang aktivitas biologis adiantum venustum yang meliputi anti kanker, anti bakteri, anti jamur,  anti oksidan, anti tumor dan anti inflamasi jenis kegiatan. Daun tanaman dan batang adiantum venustum Don ditemukan mengandung jumlah yang lebih tinggi triterpenoid dan flavonoid. Tinjauan ini terdiri fitokimia tersebut, etno farmakologis dan farmakologis laporan dari A. venustum. Ruang lingkup masa depan tanaman telah ditekankan dengan tujuan untuk mengisolasi gugus bioaktif yang dapat digunakan untuk aktivitas biologis(Deisy :2010).

Daun makrofil
  • Ukurannya lebih besar
  • Menyirip ganda sampai beberapa kali dengan urat-urat yang bebas, rapat, dan pendek
  • Daun yang makrofil (berdaun besar) dengan posisi yang berseling-seling serta daun yang menyerupai kipas.
  • Bentuk daunnya bulat telur (membulat), persegi panjang, delta, jajar genjang, dan belah ketupat.
  • Susunan daun tumpang tindih ,bersirip tunggal, bersirip ganda, ada juga susunan daunnya pada bagian bawah besar sedang pada bagian ujungnya mengecil sehingga mirip ekor.
  • Tekstur daun biasanya lembut dan tipis, tetapi ada juga yang keras dan kaku, dan umumnya berwarna hijau mengkilap.
  • Pada bagian daun terdapat tulang daun dan telah mempunyai mesofil (daging daun).
  • Tangkai daun gundul sekitar 10-20 cm.
  • Anak daun penempatannya bersaing sepanjang poros sirip.
  • Daun memiliki mesofil (daging buah), jaringan bunga karang, jaringan tiang dan jaringan daun.

Akar
  • Akar dari tumbuhan ini merupakan rimpang tegak, yang akar sejatinya semakin menaik atau memanjat.
  • Akar berupa rhizome beruas pendek yang muncul akar-akar berupa serabut.
  • Pada ujung akar dilindungi oleh kaliptra atau tudung akar.
  • Di belakang kaliptra terdapat titik tumbuh berupa sebuah sel yang berbentuk bidang empat, yang kearah luar membentuk sel-sel kaliptra, sedangkan jika menuju kearah dalam membentuk sel-sel akar.

Batang
  • Batang tanaman suplir hitam mengkilat berduri tegak atau semi tegak dan dijumpai sisik-sisik yang lunak atau keras.
  • Batang bercabang-cabang dan berupa tongkat (rhizome) yang terdapat banyak daun dengan tingginya sekitar 0,25-1,3 m.
  • Susunan anatomi batang terdiri dari epidermis, korteks dan stele. Pada ujung batang terdapat jaringan meristematik yang membentuk akar dan batang.




  1. c.      Sporangium
Sporangium adalah bentukan tempat pembentukan spora, adapun perbanyakan generatif dilakukan dengan spora yang terletak pada sisi bawah daun bagian tepi tanaman yang sudah dewasa. sporangium pada Adiantum Sp terletak dibawah permukaan daun (dipinggir) teratur. Sorus (merupakan kluster-kluster atau kumpulan sporangium) berada di sisi bawah daun pada bagian tepi letaknya tersebar atau teratur dimana dalam satu daun terdapat 4-6 sorus. Warna sporangiumnya yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indisium. Indisium yaitu membran penutup yang merupakan perkembangan dari epidermis bawah daun. Pada daun Adiantum Sp bentuk indisiumnya memanjang(Deisy :2010)

Reproduksi
Tumbuhan paku (paku suplir) bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan/spermatozoid (gametangium jantan/anteridium) dan sel kelamin betina/ovum (gametangium  betina/arkegonium). Reproduksi tumbuhan paku juga menunjukkan adanya pergiliran keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporafit (metagenesis). Pada tumbuhan paku (suplir) generasi sporafit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya(Deisy :2010).
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit yang terletak di daun atau batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n). Arkegonium menghasilkan satu ovum haploid dan anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagel yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n) dan embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).Berikut metagenesis paku suplir(Deisy :2010)

Morfologi
Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung membulat. Sorus merupakan kluster-kluster di sisi bawah daun pada bagian tepi. Spora terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium. Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rizoma dalam bentuk melingkar ke dalam (bahasa Jawa mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh dari rizoma(Deisy :2010).



Manfaat
Fungsinya yang utama adalah sebagai tanaman hias yang bisa ditanam di dalam ruang atau di luar ruang. Suplir sangat suka tanah yang gembur, kaya bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar nitrogen lebih tinggi disukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium(Deisy :2010).

Pemeliharaan suplir sebagai tanaman hias harus memperhatikan penyiraman. Kekeringan yang dialami suplir tidak bisa diperbaiki hanya dengan penyiraman karena daun yang kering tidak bisa pulih. Penanganannya adalah dengan membuang seluruh ental yang kering hingga dekat rizoma dan memberi sedikit media tumbuh tambahan. Dalam waktu beberapa hari tunas baru akan muncul(Deisy :2010).

DAFTAR PUSTAKA
Puspitasari,deisy.2010. Adiantum sp (paku suplir). Yogyakarta : universitas    ahmad dahlan

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN PURWODADI


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAKSONOMI TUMBUHAN TINGGI

DI KEBUN RAYA PURWODADI



Disusun oleh :

Kelompok  : 1
1.    Munawwarotur Rohmah             (10620001)
2.    Khoirur Rizkiyah                           (10620002)
3.    Luluk Maftuhah                            (10620008)
4.    Anik Bariroh                                   (10620009)
5.    Ayu Kusuma Dewi                                   (10620010)
6.    Lailatul Khoiriyah                         (10620011)
7.    Feni Dwi Khoriroh                                    (10620021)
8.    Kholifah                                          (10620022)
9.    Nurul Mawaddah                          (10620023)
10. Fitra Arya Dwi N.                           (10620024)
11. Wilda Sofiah                                  (10620026)
12. Muslikhah                                      (10620030)
13. Rohmatul Ummah                                    (10620031)
14. Ivani Adarsania                             (10620032)
15. Luluk Wahyuningtiyas                (10620033)
16. Nazilatus Salafiyah                      (10620038)
17. Enik Winarsih                                (08620074)

Asisten Pembimbing    :
NIM                              :

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012

PENGESAHAN



Laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan praktikan:


  1. Luluk Maftuhah                            (10620008) 
  2.  Anik Bariroh                                   (10620009) 
  3.  Feni Dwi Khoriroh                                    (10620021) 
  4.   Kholifah                                          (10620022) 
  5. Muslikhah                                      (10620030
  6.   Rohmatul Ummah                                    (10620031) 
  7.  Nazilatus Salafiyah                      (10620038) 
  8.  Enik Winarsih                                (08620074)

                                      
                                
telah disahkan sebagai salah satu tugas Praktikum Mata Kuliah Taksonomi Tumbuhan pada Jurusan Biologi Fakultas Sai Dan Teknologi Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang.





                                                                                    Malang,11 April 2012

Koordinator Kuliah Kerja Lapangan                                 

                                                                                                Asisten Pembimbing





                                                                                                NIM.










KATA PENGANTAR

 
KATA PENGANTAR
Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda – beda sehingga terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan berdasarkan atas kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia.  Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut Setelah lahirnya teori evolusi muncul sistem filogenentik yang mencita-citakan tercerminnya jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan golongan tumbuhan yang lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan.
Karena itu dengan  Berbekal pada sedikit pengetahuan akan ilmu-ilmu taksonomi maka kami sajikan beberapa jenis tumbuhan dari berbagai macam suku hasil dari penelitian berbagai macam tumbuhan di kebun raya purwodadi malang. ucapan terima kasih juga tak lupa kami sampaikan kepada bapak/ibu dosen, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya laporan ini dengan baik.
Penyusun sadar bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna, namun penyusun tetap berharap agar nantinya laporan KKL purwadadi ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri dan terlebih bagi teman-teman lainya. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan agar lebih baik lagi pada laporan-laporan selanjutnya.

Malang, 13 april 2012
       Penyusun




























DAFTAR ISI

                       
                                                                                   
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

BAB  I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.   Latar Belakang.................................................................................... 1
B.   Tujuan.................................................................................................. 1
C.   Manfaat................................................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A.   Sruktur Vegetasi Hutan Tropika Basah.......................................... 3
B.   Iklim Daerah Tropik............................................................................ 5
C.   Kebun Raya dan Pelestarian Plasma Nutfah............................... 6
D.   Pengelolaan Koleksi Herbarium...................................................... 9

BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 10
A.   Waktu dan Tempat Penelitian........................................................ 10
B.   Alat dan Bahan ................................................................................ 11
C.   Cara Kerja.......................................................................................... 19

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 21
A.   Koleksi Herbarium............................................................................ 21
B.   Kebun Raya Purwodadi.................................................................. 40
C.   Koleksi Tanaman di Kebun Raya Purwodadi........................... 125

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 148
A.   Kesimpulan..................................................................................... 148
B.   Saran................................................................................................ 149

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 151
LAMPIRAN








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Pada dasarnya Taksonomi tumbuhan adalah sebuah ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan-tumbuhan baru. Kegiatan ini sangat dipengaruhi dari keadaan morfologi dan anatomi dari tumbuhan yang dimaksud. Karena, Klasifikasi Tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak, baik dari sisi morfologi ataupun dari segi anatominya.
Untuk itu dilakukan KKL di Kebun Raya Purwodadi ini agar siswa jurusan Biologi angkatan 2010 dapat mengerti tumbuhan apa saja yang di pelihara di Kebun Raya Puwodadi bagaimana ciri-ciri tumbuhan tersebut apakah ada ciri khusus dari masing-masing spesies. Dan di samping itu bisa untuk berekreasi, merefresh pikiran dll.




1.2  Tujuan
  1. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya.
  2. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya
3.    Mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.       


1.3  Manfaat
1.    Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Kebun Raya Purwodadi.
2.    Mahasiswa dapat Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya Purwodadi.
3.    Mahasiswa dapat mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.                                                       













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau berukuran kecil yang memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan, jasad renik yang tinggi. Hal ini terjadi karena keadaan alam yang berbeda dari satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pulau yang sama. Sistem perpaduan antara sumber daya hayati dan tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem, yang masing-masing menampilkan kekhususan pula dalam kehidupan jenis-jenis yang terdapat didalamnya, diantaranya adalah ekosistem hutan (Irwanto, 2007).
Indonesia terletak di daerah tropik, sehingga hutan yang ada bertipe hutan tropik. Hutan ini sangat beranekaragam terhadap tipe, komposisi maupun strukturnya. Ada hutan yang tumbuh dengan baik sehingga memiliki struktur lengkap mulai dari tumbuhan tingkat bawah sampai pohon yang tingginya mencapai 100 meter (Indriyanto, 2008).
Tantangan sangat penting di bidang kehutanan saat ini salah satunya adalah membangun hutan dan menghutankan kembali hutan bekas penebangan. Alasannya adalah adanya manfaat hutan secara langsung maupun tidak langsung untuk kehidupan masyarakat di sekitarnya (Septiyani, 2010).
Hutan akan lestari apabila proses regenerasi tegakan berjalan baik, dengan melalui pemudaan alam atau buatan. Pemudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan (Indriyanto, 2008). Pemudaan merupakan proses regenerasi tegakan hutan, baik mengandalkan proses alam maupun penanganan manusia. Setiap tahap proses perkembangannya, mudah tidaknya pemudaan di suatu kawasan hutan bergantung pada sifat-sifat jenis tegakan, tempat tumbuh, proses-proses daur air dan hara (Alikodra, 1997, Indriyanto, 2008).                                                                                     Taman Margasatwa yang terletak di Ragunan Pasar Minggu Jakarta, berdasarkan Perda No.13 tahun 1998 memiliki tugas pokok diantaranya melakukan konservasi, mempertahankan daerah resapan air, paru-paru kota. Sesuai dengan tugas tersebut, dalam menambah koleksi satwa, menanam dan merawat jenis tumbuhan, juga membangun kawasan konservasi. Atas dasar ini dapat memaksimalkan fungsi dan peranan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dalam mendukung upaya-upaya konservasif, riset dan edukasi, selain disiapkan untuk menjadi tempat tujuan rekreasi atau sebuah kebun binatang yang modern. Untuk memaksimalkan fungsi dan peran tersebut, juga menanam dan merawat jenis-jenis tumbuhan dan bahkan membangun hutan di kawasan konservasi yang luasnya mencapai 6,410 Ha (Jakartazoo.org, 2008).                        Jenis-jenis pohon dapat tumbuh disuatu tempat dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, termasuk tumbuhan yang ada di kawasan hutan di kawasan konservasi Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini tergantung oleh faktor tempat tumbuh yang merupakan gabungan dari iklim dan tanah (Kadri, 1992).


A.   Komposisi dan keanekaragaman jenis

Struktur tumbuhan adalah organisasi individu – individu di dalam ruang yang membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan. Komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan (Purborini, 2006). Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 penyusun, yaitu:
1.  Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tihang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.
2.  Sebaran horizontal dari jenis-jenis penyusun komunitas yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3.  Penyusun vegetasi ada 5 aras, yaitu fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, life form ( growth form ), struktur floristik dan struktur tegakan ( Mueler-Dumbois & Ellenberg, 1974 ).
Kelimpahan (abundance) setiap jenis dalam suatu komunitas. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Dombois, 1974).
Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-pohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan lapisan E (lantai hutan). Komposisi atau kekayaan jenis adalah jumlah jenis pada suatu area/ komunitas. Komposisi jenis suatu komunitas sangat penting karena komunitas sebagian besar ditentukan oleh dasar-dasar floristik (jenis-jenis yang terdapat dalam suatu komunitas). Beberapa komunitas memiliki fisiognomi (kenampakan luar) serupa, tetapi berbeda dalam identitas jenis dominan atas jenis penyusun lainnya (Rusmendro, 2007).                                     
Diversitas atau keanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota suatu komunitas (Supriatno, 2001). Deshmukh (1992) mengartikan keanekaragaman sebagai gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam suatu komunitas atau sering disebut kekayaan jenis. Menurut Resosoedarmo dkk (1984), keanekaragaman kecil terdapat pada komunitas yang ada di daerah dengan lingkungan yang ekstrim, seperti daerah kering, tanah miskin, dan pegunungan tinggi. Sementara itu keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum.
Suatu daerah yang didominansi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi, karena di dalam komunitas itu terjadi interaksi antara jenis yang tinggi. Lebih lanjut dikatakan, keanekaragaman merupakan ciri dari suatu komunitas terutama dikaitkan dengan jumlah individu tiap jenis pada komunitas tersebut. Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relatif dari setiap jenis (Latifah, 2004).
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap lingkungan atau untuk mengetahui tahapan suksesi dan kestabilan dari komunitas tumbuhan pada suatu lokasi (Odum, 1996). Menurut Ariyati dkk (2007), nilai indeks keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa terdapat tekanan ekologi tinggi, baik yang berasal dari faktor biotik (persaingan antar individu tumbuhan untuk setiap tingkatan) atau faktor abiotik. Tekanan ekologi yang tinggi tersebut menyebabkan tidak semua jenis tumbuhan dapat bertahan hidup di suatu lingkungan.
Menurut Odum (1993) ada dua komponen keanekaragaman jenis, yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis cenderung besar dalam suatu komunitas yang lebih tua. Keanekaragaman jenis cenderung kecil untuk komunitas yang baru dibentuk. Kesamarataan adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Pada kenyataannya setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama.
B.   Struktur Komunitas Tumbuhan
            Untuk memudahkan dalam mengenal dan mempelajari makhluk hidup, diperlukan pengklasifikasian dengan dasar dan tujuan tertentu. Klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung diterapkan bagi kepentingan manusia (Syamsuri, 2000).
            Komunitas dapat disebut dan diklasifikasikan menurut bentuk atau sifat struktur utama, misalnya jenis dominan; bentuk-bentuk hidup, habitat fisik dari komunitas, sifat atau tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas. Keanekaragaman jenis dan kelimpahan individu masing-masing jenis (kemerataan) tidak berarti satu-satunya hal yang terlibat di dalam keanekaragaman komunitas. Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis tertentu dari organisme yang terlibat, tetapi juga tergantung kepada jumlahnya atau kerapatan populasinya (Odum, 1993).
Komunitas adalah kumpulan populasi yang hidup pada habitat tertentu. Menurut Odum (1973), komunitas yang merupakan bagian hidup ekosistem dapat diklasifikasikan berdasarkan:
1.  Bentuk atau sifat struktur utama, seperti jenis dominan dan bentuk hidup (life form)
2.  Habitat komunitas
3.  Sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, misalnya tipe metabolisme komunitas.
Tipe komunitas terjadi karena adanya sifat yang berbeda dalam dominansi jenis, komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau juga dominansi bentuk pertumbuhan (Whittaker, 1975). Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas  terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Perubahan dalam komunitas atau suksesi selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun selalu terjadi perubahan (Indriyanto, 2005).
Pada suatu suatu jenis ditentukan berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu atau kelimpahan  (Soerianegara,1996).
Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran jenis-jenis dalam areal tertentu. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas. Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas, makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per satuan luas. Dominansi suatu jenis merupakan nilai yang menunjukan peguasaan jenis terhadap komunitas (Soerianegara,1996).
Nilai penting didefinisikan sebagai gabungan dari densitas/ kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR). Kondisi ini menyebabkan nilai penting suatu jenis maksimum adalah 300% (KR=100%, FR=100%, DR=100%), bila dalam suatu tegakan hanya terdiri dari satu jenis saja (Curtis dan Mc.Intosh, 1951). Whittaker, 1975, menyebutkan bahwa nilai penting dapat ditentukan berdasarkan salah satu atau dua nilai, tetapi lebih banyak nilai dijadikan dasar akan menjadi lebih baik dan mendekati kebenaran dalam menentukan dominansi atau penguasaan jenis di dalam suatu komunitas (Rusmendro, 2003).                                                                                        
Pertumbuhan tumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi, kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik, komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi (Latifah, 2004).                                                                       
Pertumbuhan tinggi tumbuhan dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan bergantung pada kualitas tempat tumbuh. Setidaknya terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis dan Jhonson, 1987).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya (Greig, 1983).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Berdasarkan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig, 1983).
Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1978) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. 
                                                           
C.   Kebun Raya Purwodadi  
Kebun Raya Purwodadi merupakan lembaga yang  dan bahan bangunan mempunyai tugas dan fungsi untuk melakukan konservasi, penelitian, dan pendidikan flora.
Adapun koleksi-koleksi yang dikelola di kebun raya purwodadi adalah
1.   Koleksi bambu, untuk kategory bambu ini kebun raya purwodadi mempunyai 30 jenis bambu, yang diantaranya diambil dari pulau jawa, sulawesi, maluku, dan dari luar negeri seperti Thailand, china, dan birma.untuk tanaman bambu ini terletak disebelah selatan kebun raya.
2.   Koleksi Palem, untuk kategori palem ini terletak ditengah kebun raya, palem ini merupakan salah satu tanaman yang berumur ratusan tahun.
3.   Koleksi Paku, untuk kategori tanaman paku ini kebun raya purwodadi mempunyai 60 jenis tanaman paku. Tanaman paku ini terletak disebelah timur kebun raya yang lokasinya dekat dengan sungai dan air terjun yang ada disana.
4.   koleksi Polong-polongan, untuk kategori polong – polongan ini kebun raya purwodadi mempunyai 157 jenis tanaman polong – polongan, yang terdiri dari 70 marga. Untuk kategori ini berada disebelah utara kebun raya.
5.   Koleksi Obat, untuk kategori ini berada di sebelah timur kebun raya,. Untuk tanaman obat ini saya belum mengetahui jelas detailnya, yang pasti saya melihat banyak buah mengkudu/pace disana.

Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Jln. Raya Surabaya - Malang KM. 65
Tlp. (0341) - 426046 / 424076
(0343) - 615033
Fak. (0341) - 426046 ,(0343) – 615033


            Setelah mencermati pengarahan dan penjelasan dari pemandu kebun raya tersebut yaitu Bapak kiswoyo, beliau menerangkan tentang berbagai banyak family kemudian ke spesiesnya. Adapun famili-famili tersebut slah satunya adalah:
1.    Fabaceae adalah nama botani untuk sebuah famili tumbuhan yang besar, yang terdiri dari tiga subfamili, yaitu Caesalpinioideae, Mimosoideae dan Faboideae (padanannya dalam Leguminosae ialah Papilionoideae). Subfamili Mimosoideae dan Caesalpinioideae terkadang dinaikkan ke peringkat famili Mimosaceae dan Caesalpiniaceae, sehingga mempunyai dua nama botani yaitu Fabaceae atau Papilionac eae.
      Leguminosae (atau Fabaceae sensu lato) ialah famili tanaman berbunga yang kedua besar, dengan 650 genus dan melebihi 18.000 spesies. Spesies-spesies ini merupakan kacang-kacangan dan famili ini terdiri daripada beberapa sumber makanan yang paling bernilai, seperti kacang, kacang pea, kacang tanah, kacang soya, dan lentil. Spesies yang lain merupakan sumber makanan hewan, dan termasuk lupin, klover, alfalfa, cassia, dan kacang soya. Genus seperti Laburnum,  Robinia,  Gleditsia,  Acacia,  Mimosa, dan Delonix merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai sifat pengobatan atau insektisida, umpamanya Derris, ataupun menghasilkan bahan-bahan yang penting seperti gam arab, tanin, pewarna, atau damar. Terdapat juga tanaman khusus, satu spesies Asia timur yang pernah ditanam di bahagian tenggara Amerika Serikat untuk perbaikan tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman spesies ini telah dihentikan karena tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh di mana-mana.
      Secara umum, tumbuhan-tumbuhan legum ini dikelaskan kepada tiga subfamili (terkadang dinaikkan ke peringkat famili dalam order Fabales), berdasarkan morfologi bunga, khususnya bentuk kelopaknya:
a)    Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae): Bunganya bersifat zigomorph, tetapi amat berbeda, seperti bunga Cercis kelihatan amat serupa dengan bunga Faboideae, dan bunga Bauhinia mempunyai lima kelopak yang sama besar dan bersimetri. 
b)    Mimosoideae (Mimosaceae): Kelopaknya kecil dan sering berbentuk globos atau spikat, dengan stamen yang merupakan bahagian bunga yang paling menonjol.
c)    Faboideae atau Papilionoideae (Fabaceae sensu strictu atau Papilionaceae): Salah satu daripada lima kelopaknya adalah besar serta mempunyai garis. Dua kelopak yang bersebelahannya terletak di tepi bunga, sedangkan dua kelopak yang tinggal terletak di bahagian bawah bunga dan digabungkan pada pangkalnya untuk membentuk struktur.
2.    Herba atau perdu, jarang pohon. Daun tersebar atau berpasangan (tetapi tidak berhadapan), tunggal atau menyirip. Bunga beraturan, kadang-kadang zygomorph, berkelamin 2, kadang-kadang berkelamin 1, kebanyakan berbilangan 5, dengan kelopak dan mahkota yang berdaun lekat; mahkota berbentuk corong bentuk terompet, bentuk piring atau bentuk roda; benang sari 5, jarang 4; kepala sari sering menggantung atau saling menutup, beruang 2; bakal buah menumpang, kebanyakan beruang 2; bakal biji banyak tiap ruangnya; tangkai putik 1, bentuk benang. Buah buni atau buah kotak (Steenis,1978).

      Genus: Brugmansia, Brunfelsia, Capsicum, Cestrum, Solandra, Solanum.
      Genus: Solandra
      Spesies: Solandra hitida
      Sifat Fisik
        Tanaman ini disebut juga cangkir mas, memiliki bunga yang muncul di ujung
      tangkai menjulur, agak besar menyerupai piala. Mahkota bunganya pendek
      berkerut, berwarna kuning lembut dengan garis coklat di bagian dalam.

            Daunnya besar-besar berukuran 10-15 cm, tebal, berbentuk lonjong, dan berwarna hijau. Dahan tanaman ini mengandung zat kayu yang keras (Emir dkk, 2006).

      Sifat Ekologis
            Tumbuh baik di tempat terbuka atau sedikit terlindung sinar  matahari dengan penyiraman secukupnya. Perbanyakan dengan cangkok atau stek batang. Kegunaan dalam Lanskap Tanaman ini digunakan sebagai penghias pergola dan pagar.





3.    Annonaceae
Annonaceae, juga disebut suku sirkaya-sirkayaan adalah suku dari tanaman berbunga yang terdiri dari pohon-pohon, semak atau jarang lianas. Dengan kira-kira 2300-2500 spesies dan lebih dari 130 genera, Annonaceae adalah famili terbesar di ordo Magnoliales. Hanya empat genera, Annona, Rollinia, Uvaria dan Asimina menghasilkan buah-buahan yang dapat dimakan. Suku ini terkonsentrasi di daerah tropis, sekitar 900 spesies Neotropical, 450 adalah Afrotropical, dan spesies lain Indomalayan.

DESKRIPSI UMUM
Habitus : Kebanyakan berupa pohon atau semak, beberapa liana dengan kulit batang, daun, dan bunga aromatic. Hidup di daerah tropis.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBqMiZDC7uv5HX1raKPNo0cBpMEqmIl2WIgtlxfmTrXcbbKdvPM0dGDuqRpBCawZ9qPHRDacMm7HFXXneqHKnROpdjTXPVHm4mUvhT00JojlPOiER1T0jq9VEEsQFOyENtph5MfW7TYYra/s320/Habitus+Annonaceae.gif
Habitus Annonaceae
Batang dan Daun : Kulit batang berserat dan aromatik, empulur terpisah (baik secara tangensial maupun partisi). Percabangan simpodial dapat juga dikotom. Daun tunggal atau majemul, tulang daun menyirip.Duduk daun tersebar atau berseling, tanpa daun penumpu..

Bunga : Tangkai bunga aksilaris ,meninggalkan bekas pada batang yang tua atau pada tunas-tunas daun yang baru. Bunga biasanya trimerous; ditanggung sendiri-sendiri atau dalam senyawa inflorescences; biseksual dan jarang berkelamin tunggal. Reseptakel mungkin menjadi membesar, peningkatan atau flat. Biasanya dua gigih untuk empat daun yang berbeda atau bawaan (menyatu) di pangkalan. Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya berbilangan 3, seringkali mempunyai 2 lingkaran daun-daun mahkota. Benangsari banyak, bakal buah 1 sampai banyak, bebas satu sama lain, masing-masing berisi banyak atau 1 bakal biji saja, letaknya pada kampuh perut atau basal, tiap bakal biji mempunyai 2 integumen Bermacam-macam bungaAnnonaceae
Buah dan Biji : Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah buni ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.








































BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Waktu Dan Tempat
KKL tersebut dilakukan di jalan Raya Malang Surabaya di kebun Raya Purwodadi mulai dari pukul 07.00-15.00.


































BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Codiaeum  variegatum (Puring)
Description: File: Colpfl05.jpgDescription: File: Codiaeum variegatum (Croton) di Hyderabad, AP W IMG 0473.jpg
1.    KLASIFIKASI
Kingdom Plantae
      Divisi Spermatophyta
          Subdivisi Angiospermae
              Kelas Dicotyledoneae
                   Ordo Euphorbiales
                       Famili Euphorbiaceae
                           Genus Codiaeum
                                Spesies Codiaeum  variegatum
2.    HABITUS
Habitus dari tumbuhan Puring (Codium variegatum) adalah perdu.

3.    HABITAT
Tanaman ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini , menurut beberapa sumber pustaka puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali ditemukan di kepualauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman palgar atau pekuburan.
Tanaman Puring di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggian mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah yakni dengan intensitas cahay yang penuh dan temperature udarah sekitar 20-35 derajat celcius. puring tidak membutuhkan bannyhak air sehingga puring dapat tumbuh didaerah kering, yakni kelembapan udara sekitar 30%-60%.
Tanama puring sering dijuluki tanaman kuburan, karena dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, tidak memerlukan jenis tanah khusus. Puring tumbuh mulai dari jenis tanah yang berat, lempung berpasir, hingga tanah ringan. Sebagai tanaman yang dibudidayakan Puring dapat ditanam di Pot atgau di kebun terbuka. untk mendapatkan tanaman yhang baik, dibutuhkan jenis tanah yang banyak mengandung zat organik, subur dan gembur. sertag tanha berkisar 5-8.

4.    DESKRIPSI
a.    Daun
Bentuk daun tanaman Puring bervariasi, ada yang berbentuk pita yang panjangnya 5cm-30 cm, elips obling, bulat, hingga seperti ujung tombak. perukaan daun ada yang rata, begelombang, dan berpilin. warna daun juga bervariasi, ada yang berwarna hijau tua polos dan ada juga yang memiliki lebih dari 3 macam warna, dengan variasi hijau, cpklat, merah, biru dan kuning. Coraknya ada yang berbintik-bintik, bergaris-garis dan belang-belang.
b.    Tangkai
Tangkainya berbentuk silindris, mempunyai tegkstur kasar, berwarna coklat, dan tidak berkambium. batangnya kecil mudcah dipatahkan, dan juga berkayu, bergetah yang berwarna bening hingga putih.
c.    Bunga
bunganya termasuk bunga telanjang, denagn benang sari yang banyak dan tersusun berangkai dalam satu bunga. biasanya bunganya berwarna putih, penyerbukannya dibantu leh angin.
d.    Manfaat
Tanaman Puring selain sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah pucuk daun mudanya juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan, tanaman hias, dan obat-obatan tradisional. kegunaan penting antara lain sebagai berikut :
1.    Akar dan kulit tanaman Puring digunakan untuk menyamak kulit karena tanaman puring mengandung zat penyamak.
2.    Air rebusan daun puring bisa digunakan untuk memperlancar keluarnya keringat, caranya air rebusan tersebut digunakan untuk mandi.
3.    air rebusan daunPuring juga bisa dimanfaatkan untuk mengibati penyakit panas. dengan cara meminum air rebusan tersebut.
4.    Air rebusan daun puring dengan jenis air mancur bisa digunakan untuk ,engobati penyakit raja singa.
5.    Mengobati penyakit diare. dengan  cara mengambil bagian babagan dari tanaman terus merebusnya.












4.2 Lannea coromandalica
 
1.    KLASIFIKASI
Kingdom Plantae
   Divisi Magnoliphyta
      Kelas Magnoliopsida
        Ordo Sapindales
           Famili Anacardiaceae
              Genus Lannea
                   Spesies Lannea coromandalica
Nama Daerah :
·         Jawa : Ki Kuda (Sunda), Kedondong (Jawa Tengah), Kayu Palembang (Madura), Santen (Banyu wangi)
·         Sumatera : Kayu Kuda (Melayu)

2.    HABITUS
Perawakan atau habitus dari Lannea coromandalica adalah Pohon.

3.    HABITAT
Tanaman ini tumbuh tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. hingga saat ini belun ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini ,Tanaman ini di Indonesia dapat tumbuh di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, dengan ketinggian mencapai 1.500 m dpl. Untuk mendapatkan warna yang jelas dan cerah yakni dengan intensitas cahay yang penuh dan temperature udarah sekitar 20-35 derajat celcius. puring tidak membutuhkan bannyhak air sehingga puring dapat tumbuh didaerah kering, yakni kelembapan udara sekitar 30%-60%.

4.    DESKRIPSI
a.    Daun
Bentuk daun Majemuk, menyirip, anak daun lirna sampai lima belas, berhadapan, bertangkai pendek, bentuk bulat memanjang, ujung dan pangkal runcing, pertulangan menyirip. panjang 6-10 cm,lebar 25-50 mm, hijau.
b.    Bunga
Bunganya berbentuk  Majemuk, bentuk malai, kelopak panjang ± 1 mm, benang sari delapan sampai sepuluh, kuning, putik empat, pendek, kuning kehijauan.
c.    Buah
Buahnya berbentuk buah  Buni, bulat memanjang, masih muda hijau setelah tua hijau kuning.
d.    Biji
Mempunyai biji yang berbentuk Bulat, berserat dan berwarna putih.
e.    Akar
Mempunyai bentuk akar  Tunggang, putih kotor.
f.     Batang
Bentuk batangnya berkayu, bulat, bercabang, bekas daun nampak jelas, masih muda hijau setelah tua putih kehijauan

5.    MANFAAT
Manfaat dari tumbuhan Lannea coromandalica, adalah sebagai berikut :
1.    Kulit batangnya berkhasiat sebagai obat mencret dan obat sariawan. Untuk  obat mencret dipakai ± 15 gram kulit
2.    batang  segarnya,  dicuci  lalu  dipotong  kecil-kecil,  direbus  dengan  2  gelas  air  selama  15  menit  setelah  dingin disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore.
4.3 SIMPUR AIR(Dillenia suffruticosa)
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBOBSC7jweciLcgUFbRZCgEf1u_ANzPQ6xeO_1jdB15LT72ay9xcYSPyHJWdQP7lzSrtOYuOua7PUByHi8F9XfUf6-Zn5qmvE72tUTZKPm2Uh_LbpgMCmO1BIkrFRpEmaB-llkkZf02ObZ/s320/Dillenia+suffruticosa.jpg       
Bunga yang masih muda                                             Bunga yang sudah tua
1.Klasifikasi
Kingdom   Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi    Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             DivisI  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas    Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas   Dilleniidae
                         Ordo  Dilleniales
                             Famili 
Dilleniaceae (suku simpur-simpuran)
                                 Genus 
Dillenia
                                     Spesies: Dillenia suffruticosa Griff. ex Hook
2.Deskripsi
CIRI-CIRI
-Daun sederhana,Urat daun menyirip
-Tangkai daun bersayap sepanjang seluruh panjang daun
-Bunga sekitar 95mm,kuning,terkadang di atur dalam cluster terang
-Buah sekitar 23mm kapsul,merah panjang,pecah,biji dengan aril merah
-Tinggi hingga 700m di atas permukaan laut

Tumbuhan berbentuk pohon, berumur menahun (perenial), tinggi 10 - 15 m. Akar tunggang. Batang aerial, berkayu, silindris, tegak, warna cokelat kehijauan, kulit tanpa alur, permukaan kasar, percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas), arah cabang miring ke atas atau mendatar. Daun tunggal, bertangkai, tersusun selang-seling (alternate), warna saat muda cokelat kemerahan - setelah dewasa hijau, panjang 15 - 20 cm, lebar 5 - 7 cm, bentuk lonjong memanjang (oblongus), ujung runcing (acutus), pangkal tumpul (obtusus), tepi bergerigi (serratus), pertulangan menyirip (pinnate), permukaan halus (glaber), tidak pernah meluruh Bunga tunggal, muncul dari ketiak daun (axillaris) atau ujung batang (terminalis), bertangkai pendek, panjang mahkota 2 - 3 mm, 5 helai, tidak berlekatan (polypetalus), warna kelopak hijau Buah buni (bacca), bulat Perbanyaan Generatif (biji).
HABITAT DAN EKOLOGI
Terutama di hutan sekunder atau dalam pembukaan lahan di hutan-hutan tidak terganggu, bahkan di Keranga - kesehatan hutan di tanah podsolik dari tropis serta sepanjang sungai. Kebanyakan pada aluvial (tanah aluvial) seperti Rawa, hutan bakau, tepi sungai, tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan pegunungan. Pada liat ke tanah berpasir. Pembungaan terus menerus, setiap bunga terbuka untuk satu hari saja, di antara dua bunga dari buah yang sama adalah jarak sekitar 3-4 hari. Pemasakan buah setelah 36 hari.

Manfaat
Sifat obat daun dan akar digunakan dalam nyeri peradangan, gatal-gatal, sakit perut, dan meringankan setelah melahirkan. Selanjutnya, tanaman ini digunakan untuk ritual keagamaan dan sebagai tanaman hias. Benih sebagai pakan burung.Dalam keadaan darurat buah ini dapat di makan mentah.





4.4 Buah kawista (Limonia acidissima)
Description: C:\Users\Microsoft\Downloads\lu2k\2481CIC1AEI3.jpg 







Klasifikasi


Kingdom  Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas  Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas  Rosidae
                         Ordo  Sapindales
                             Famili 
Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
                                 Genus 
Limonia
                                     Spesies: Limonia acidissima L.

Habitat
Pohon Kawista tumbuh di daerah tropis dengan kondisi tanah yang kering. Tumbuhan penghasil buah ini merupakan tanaman dataran rendah yang mampu tumbuh hingga pada ketinggian 400 mdpl.
Kawista tumbuh alami di daerah Sri Lanka, India, Myanmar, dan Indocina, kemudian menyebar hingga ke Malaysia dan Indonesia. Pohon Kawista juga sudah diintrodusir ke Amerika. Di Indonesia, Kawista tumbuh alami di daerah pesisir utara pulau Jawa.
Habitus :pohon

Akar 
Akarnya berupa akar tunggang
Batang
Batang anakannya ramping, sedikit berbiku-biku (zigzag); 1-4 lembar daun pertama berbentuk daun tunggal. Pohon kawista memperlihatkan pola perkembangan yang sederhana, yaitu
Daun
Daunnya majemuk berukuran panjang sampai 12 cm, bersirip ganjil dengan rakis dan tangkainya yang bersayap sempit; anak daunnya berhadapan, 2-3 pasang, anak daun ujung berbentuk bundar telur sungsang, panjangnya sampai 4 cm, memiliki kelenjar minyak, dan jika daun diremas mengeluarkan sedikit aroma
Bunga
Bunga Kawista biasanya bergerombol dengan warna putih atau hijau dan kemerahan. Bunga keluar dari ketiak daun atau terletak di ujung ranting. Bunga jantan dan bunga sempurnanya berbilangan lima, berwarna putih, hijau atau lembayung-kemerahan, biasanya bergerombol dalam perbungaan yang kendur, terletak di ujung ranting atau di ketiak daun.
Biji
Bijinya berukuran panjang 5-6 mm, berbulu, berkeping biji tebal dan berwarna hijau; perkecambahannya epigeal.
Buah 
Buahnya bertipe buah buni, berkulit keras, berdiameter sampai 10 cm; permukaan kulitnya bersisik, terlepas-lepas, berwarna keputih-putihan; daging buahnya yang harum itu berisi banyak biji yang berlendir. Buah Kawista yang telah cukup masak akan jatuh dengan sendirinya. Karena kulit buahnya yang keras, meskipun jatuh buah ini tidak akan rusak.



Manfaat
Kawista dapat dimakan langsung. Atau diolah menjadi berbagai komoditas seperti sirup dan dodol. Selain itu Buah kawista yang matang dipercaya mampu menjadi obat menurunkan panas dan sakit perut, serta dimanfaatkan sebagai tonikum.
Kulit batang pohon Kawista dipercaya juga dapat menjadi campuran jamu untuk mengatasi haid yang berlebihan, gangguan hati, mengatasi mual-mual, bahkan untuk mengobati luka akibat gigitan serangga.
Di Sri Lanka, krim kawista merupakan hasil olahan dari daging buahnya. Di India juga buah kawista dimanfaatkan dengan cara yang bersamaan dengan kerabat dekatnya yaitu maja (Aegle marmelos (L.) Correa), tetapi tidak dapat menggantikan maja itu.
Kayu kawista digunakan untuk bangunan rumah, tiang dan perabotan pertanian. Getah yang dikumpulkan dari kulit kayunya dilaporkan memiliki manfaat obat, dan digunakan sebagai pengganti gom arab.















4.5 Peperomia pellucida 
                           


Klasifikasi tanaman Suruhan (Peperomia pellucida)

Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Magnoliidae
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : PeperomiaJenis :
Spesies Peperomia pellucida 
Diskripsi :
Peperomia pelusida adalah, tahunan dangkal-berakar ramuan, biasanya tumbuh hingga ketinggian sekitar 15 sampai 45 cm. itu ditandai dengan batang sukulen, mengkilap, berbentuk hati, daun berdaging dan kecil, dot-seperti biji yang melekat pada paku berbuah beberapa. Memiliki bau mustard seperti bila diremas. Para Piperaceae keluarga terdiri dari sekitar selusin genera dan sekitar 3000 spesies. Para Peperomia genus mewakili hampir setengah dari Piperaceae dengan genus Piper membuat sebagian besar sisanya. 
Batang :
Tinggi batang 20 sampai 40 cm, berair, bercabang, bulat, tebalnyasekitar 5 mm, warnanya hijau pucat
Daun :
Daun tunggal letaknya berseling,bentuk bundar telur melebar dengan ujung meruncing, pangkalnyamembentuk jantung, tepi rata, panjang 1-3 cm, permukaan atas hijaupucat mengkilap, permukaan bawahnya lebih muda dan agak kelabu.

Bunga :
Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir yang panjangnya 1-6cm, warnanya hijau, di ujung tangkai dan ketiak daun. Buah berbentuk bulat, ujung runcing, sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 mmtersusun seperti buah lada, berbentuk bujur dan berwarna hijau ketikamuda dan coklat apabila matang mempunyai minyak sari apabila dimasak.Herba ini tumbuh menegak.

 Habitat :
Herba Suruhan (P. pellucida) tumbuh liar dan biasanya menggerombol. Mudah dijumpai di kebun, di halaman rumah, tepi jalan, dipinggiran selokan, dan di tempat lain yang lembab atau berair. Peperonia, bersama dengan krokot dan Talinium triangulare, adalah salah satu herbal yang dapat dimakan yang dapat ditemukan tumbuh keluar dari celah-celah trotoar dan di relung meninggalkan seluruh kota, sedikit orang yang memahami bahwa itu adalah daun dimakan sangat baik, dengan rasa yang halus, mengingatkan ketumbar. Ia memiliki akar sangat dangkal dan batang sukulen (juga makan), itu relawan itu sendiri dan tumbuh secara luas di seluruh pembibitan saya, biasanya menyebarkan diri di dasar pohon dalam pot yang lebih besar.
 Kegunaan :

Herba Suruhan menunjukkan aktivitas agen antibakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa ,dan Escherichia coli . Herba suruhan juga biasa digunakan sebagaianalgetik, obat asam urat,Antipiretik, dan memberikan efekneurofarmakologi

4.6 Solanum lycopersicum
                      

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Solanales
                             Famili:
Solanaceae (suku terung-terungan)
                                 Genus:
Solanum
                                     Spesies: Solanum lycopersicum L.

Diskripsi :
(Solanum lycopersicum) atau lebih dikenal dengan nama tomat adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Solanum lycopersicum merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Solanum lycopersicum merupakan keluarga dekat dari kentang (Anonim,2009)